Reflection on KAUST's acceptance
Harapan Penulis
Tulisan ini dibuat sebagai wujud sedikit rasa syukurku akan kabar baik di tengah wabah yang sedang melanda dunia dan Indonesia, COVID-19, di tahun 2020 ini.
Satu hal yang selalu melekat tentangku dan juga menjadi hobi yang sampai saat ini kugemari adalah apapun tentang sepakbola. Pada kesempatan kali ini Aku akan coba bercerita sedikit tentang perjalananku dalam mendapatkan izin melanjutkan studi di fakultas Earth Science and Engineering (ErSE), King Abdullah University of Science and Technology (KAUST), Arab Saudi. Perjalanan panjang ini (Alhamdulillah) pun berawal dari mimipi sederhana untuk dapat menyaksikan Piala Dunia 2022 di Qatar. Terletak pada daratan yang sama, Aku akan mempunyai lebih banyak pilihan menuju Qatar saat sudah bermukim di KAUST nanti.
Aku harap tulisan ini mampu berguna bagi teman-teman yang memang berniat untuk melanjutkan studi atau hanya penasaran tentang seleksi KAUST secara umum. Aku juga berharap banyak teman-teman yang sedang menempuh gelar sarjana atau baru saja lulus untuk dapat mengambil sedikit pelajaran dari tulisan ini.
Aku yakin jika seorang sepertiku mampu mewujudkan keinginan untuk studi di KAUST, akan jauh lebih banyak mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang melanjutkan studi di KAUST nantinya, jika mereka mengenal KAUST lebih awal.
Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama antara kedua telingaku dengan kata KAUST terjadi pada akhir semester 3 atau 4 saat menempuh kuliah sarjana dulu. Aku sangat beruntung memiliki teman diskusi dan abang kandung yang darinya, Aku belajar banyak hal. KAUST adalah satu dari berbagai hal-hal berharga yang Aku baru tahu lewatnya. Aku juga baru tahu situs pelajar KAUST asal Indonesia (KAUSTINA) darinya.
Aku tidak punya kriteria khusus akan calon supervisorku saat lanjut studi nantinya, pun juga demikian dengan calon kampus yang hendak Aku tuju. Aku hanya ingin bergabung dengan kampus yang mampu membuatku merasa dihargai. KAUST, sejak pertama kali mengenal namanya, merupakan salah satu yang terbaik bagi lulusan sarjana sepertiku yang belum banyak berkecimpung dalam dunia riset ini. Dengan segala manfaat (baik finansial maupun sarana/prasarana studi) yang ditawarkan dan terdapat berbagai professor-professor kelas dunia yang saat ini singgah di KAUST, sangat dengan mudah menempatkan KAUST pada urutan pertama daftar kampus tujuan yang hendak Aku tuju selanjutnya. Secara singkat, peringkat kampus dan daftar kampus terbaik dari berbagai situs-situs umum di internet bukan menjadi penentu keputusanku ini, terlebih KAUST baru berdiri di tahun 2009.
Awali dengan Niat
Seperti yang kuperoleh dari Bang Andika dalam tulisannya, setiap tindakan akan baik jika diawali dengan niatan yang baik. Namun untuk kasusku, semoga niatan untuk lanjut studi ini tidak berbelok karena terlanjur tergiur dengan segala pernak-pernik dan keunikan KAUST seperti yang dituliskan oleh Bang Wardana dalam tulisannya. Selain karena niat ke Qatar 2022, tidak bisa dipungkiri kondisi sektor hulu dunia minyak dan gas bumi saat ini di Indonesia membuatku berpikir ulang dan bermufakat bahwa mencari kampus yang menghargai ilmu dan para penuntutnya adalah tujuanku sesaat setelah kelulusan nanti.
Alur Waktu dan Tahapan Proses Seleksi
Secara umum, berikut adalah sedikit gambaran mengenai peristiwa yang Aku lewati berkaitan dengan proses seleksi KAUST.
Peristiwa | Tanggal |
---|---|
Pengumuman tes International English Language Testing System (IELTS) | 7/18/2019 |
Pengumuman tes Graduate Record Examinations (GRE) | 9/6/2019 |
Menghubungi Prof. T. Alkhalifah lewat surel grup riset | 9/9/2019 |
Menghubungi Dr. A. Afifi lewat surel pribadi | 9/17/2019 |
Menghubungi Prof. S. Jónsson lewat surel pribadi | 9/17/2019 |
Menghubungi Prof. I. Hoteit lewat surel pribadi | 9/17/2019 |
Menghubungi Prof. G. Schuster lewat surel pribadi | 9/17/2019 |
Menghubungi Prof. V. Vahrenkamp lewat surel pribadi | 9/17/2019 |
Ditolak oleh Prof. S. Jónsson | 9/17/2019 |
Diterima oleh Prof. A. Afifi | 9/17/2019 |
Menghubungi Prof. T. Alkhalifah lewat surel pribadi | 10/3/2019 |
Diterima oleh Prof. T. Alkhalifah | 10/3/2019 |
Wawancara pertama dengan Prof. T. Alkhalifah | 10/10/2019 |
Menyelesaikan aplikasi daring | 11/14/2019 |
Wawancara kedua dengan Prof. T. Alkhalifah | 2/8/2020 |
Wawancara dengan representasi fakultas ErSE | 2/26/2020 |
Notifikasi penerimaan | 3/1/2020 |
Adapun proses tahapan yang Aku lewati, mirip dengan apa yang dijabarkan oleh Bang Farizal pada akhir tulisannya. Berikut adalah alur seleksi yang Aku alami.
Seperti yang tertera pada gambar di atas, pencarian professor (dan tentunya kampus yang cocok) merupakan salah satu langkah paling krusial dalam rencana melanjutkan studiku di KAUST kemarin. Akan lebih baik jika proses ini (juga halnya dengan persiapan tes bahasa) dilakukan jauh sebelum pembukaan pendaftaran seleksi daring dimulai.
Wawancara Pertama
Aku selalu merujuk Bang Farizal lewat tulisannya akan kemungkinan-kemungkinan pertanyaan serta langkah berkaitan dengan proses admisi KAUST. Satu hal lain yang Aku lakukan (entah terpikir dari mana) adalah “membombardir” calon supervisor yang kira-kira masih satu bidang keahlian denganku (geofisika/geologi) pada waktu yang berdekatan. Meskipun hanya dibalas oleh tiga professor, kenyataan bahwa ketiganya membalas di hari yang sama dan ada dua professor yang mau menerimaku sudah cukup untuk memacu semangat dalam mengikuti proses administrasi daring kemarin.
03/10/2019
Dear Mohammad,
Thanks for the interest. Let us setup a skype meeting
for next week if you are interested.
Regards,
Tariq.
Aku memilih (jika patut mengatakan yang demikian) untuk mencoba peruntungan dengan Prof. Tariq Alkhalifah. Mungkin karena beberapa proyek terakhir yang kukerjakan sedikit banyak memiliki kemiripan dengan beberapa riset yang Beliau sedang kerjakan.
Proses wawancara dengan Prof. Tariq cukup menegangkan. Persiapan yang Aku lakukan pun terbilang singkat dan cukup serabutan. Salah satu langkah awal yang kulakukan adalah mengantisipasi kemungkinan pertanyaan teknis dengan bertanya pada Bang Kadek karena tulisannya. Seperti dugaan, dari seluruh pertanyaan yang diajukan Prof. Tariq ke Bang Kadek (dalam tulisannya) tidak satu pun yang dapat kupahami maksud dan tujuan dari pertanyaan tersebut.
Singkat cerita, wawancara dengan Prof. Tariq berjalan diluar dugaan. Meskipun kamera dan mik laptopku tetiba mogok, Prof. Tariq bersedia menelfonku pada wawancara ini. Pertanyaan yang ditanyakan pun sama sekali tidak berkaitan dengan hal-hal teknis yang menguras pikiran. Beliau hanya ingin mengetahui seberapa siap dan bagaimana perjalanan yang harus dipersiapkan jika diterima di KAUST nanti.
Alhamdulillah.
Setelah seolah-olah mendapatkan lampu hijau, Aku mengikuti proses administrasi berkas dengan sedikit harapan. Setelah menunggu kurang lebih tiga bulan, harapan ini mulai memudar. Aku mencoba mengikuti langkah Bang Farizal dengan menghubungi tim seleksi administrasi. Hasilnya, Prof. Tariq langsung mengirim surel dan ingin mengadakan wawancara kedua. Iya, dua kali (pada umumnya hanya sekali).
Wawancara Kedua
Wawancara kedua ini berjalan cukup lancar, kali ini Aku bisa bertatap-tatapan dengan Prof. Tariq dan rambut gondrong serta jenggotnya yang telah beralih dari dunia hitam (beruban). Wawancara ini lebih difokuskan pada persiapan wawancara dengan perwakilan ErSE dan sedikit tanya jawab mengenai hal-hal yang Prof. Tariq ajukan sebagai bahan bacaan pada wawancara pertama kemarin (bahasa pemrograman dan metoda numerik).
Wawancara Ketiga
Tidak berselang lama dengan wawancara kedua ini, panggilan wawancara dengan perwakilan ErSE akhirnya datang. Wawancara ini berbeda dengan kedua wawancara sebelumnya, tidak ada waktu spesifik mengenai kapan dan berapa lama pertemuan akan berlangsung. Pada surel yang diberikan hanya tercantum hari dan rentang waktu (pukul 15.00 - 24.00 WIB) dari wawancara. Beruntung, Aku hanya menunggu sekitar 45 menit. Wawancara nya pun terbilang sangat terstruktur karena pertanyaan yang diajukan sangat mirip dengan apa yang dicantumkan oleh Bang Farizal dan Bang Andika pada tulisannya. Berikut pertanyaan-pertanyaan yang Aku dapatkan.
- Apa yang Anda lakukan di saat waktu luang ?
- Bisa ceritakan tentang keluargamu ?
- Mengapa Anda memilih KAUST ?
- Apakah Anda sudah diterima di kampus lain ?
- Bagaimana performa akademik Anda di kampus dibandingkan teman-teman seangkatan dulu ?
- Bisa ceritakan buku favoritmu ?
- Seberapa sering Anda pergi ke luar negri ?
Khusus untuk pertanyaan nomor empat, mungkin perlu Aku jelaskan bahwa ini adalah langkah awal yang Aku tempuh dalam mencari calon supervisor dalam melanjutkan studi sehingga belum mendapatkan kampus atau calon supervisor lain. Cukup membuat dilema, namun ternyata poin pertanyaan tersebut tidak sepenuhnya berbobot besar.
Pertanyaan mungkin dapat berubah-ubah. Secara umum, merujuk pada tulisan Bang Andika dan Bang Farizal seharusnya sudah cukup untuk mempersiapkan diri.
Kabar Baik dari Thuwal
Tanggal 1 Maret 2020, surel cinta yang ditunggu-tunggu datang.
01/03/2020
Dear Mr. Mohammad Taufik:
Congratulations! I am delighted to offer you admissions to the MS/PhD degree
program in Earth Science and Engineering at King Abdullah University of
Science and Technology (KAUST) for 2020 - Fall. You have been selected from
a highly competitive candidate pool to join our community of scholars from
across the globe. We look forward to seeing the ways your unique
contributions will impact the KAUST Community and potentially the world.
At KAUST, you will be working under the direction of Tariq Alkhalifa
(tariq.alkhalifah@kaust.edu.sa), whom you should contact directly concerning
your specific responsibilities within the program.
Sincerely,
Nora Alshibani
Interim Director of Admissions and Enrollment
Meskipun ini adalah akhir dari tulisanku, ini adalah tahap awal dalam perjalanan risetku nantinya. Aku berharap dengan tulisan ini, teman-teman mampu mengambil pelajaran dan semakin termotivasi untuk melanjutkan studi di KAUST. Aku sangat senang menerima pertanyaan-pertanyaan tentang tulisan ini atau pun hal lain mengenai perjalanan lanjut studi pasca sarjana, terlebih lagi jika kita bisa bertemu secara langsung nantinya di KAUST. Aku berharap tulisan ini bisa menjadi sumber kebaikan untukku dan orang-orang yang telah banyak berjasa pada proses perjalanan ini.
Epilog
Niat tidak hanya terjadi di awal, tetapi juga senantiasa diperbaiki dan diusahakan untuk tidak berbelok ke jalan yang keliru sampai akhir perjalanan. Semua orang mungkin punya justifikasi logis akan niatan yang mereka ambil dibalik setiap tindakan dan keinginan. Apapun itu, mulai lah dari hal-hal seru yang mungkin sederhana. Karena terkadang hidup sebercanda itu dan Allah se-Maha Kuasa itu, niat awal yang hanya ingin menonton pertandingan bola (bahkan bisa lewat saluran televisi) justru memepertemukanku dengan KAUST. Secuplik tanah kecil di pinggir Laut Merah, yang sampai tulisan ini dibuat Aku belum menginjakkan kaki padanya, namun hati seolah mafhum bahwa KAUST adalah surganya para peneliti.
Ditulis di tengah kegaduhan wabah COVID-19, Bekasi, Jawa Barat, Indonesia.
Mohon sebarkan tulisan ini jika dapat bermanfaat bagi orang lain.